Langsung ke konten utama

Resep Opor Ayam Tanpa Ulek Mudah Cepat

Resep Opor Ayam Tanpa Ulek Mudah Cepat
Masak Opor ayam tanpa ulek tak bikin ribet. Cara bikinnya mudah dan cepat pakai bumbu bubuk racikan sendiri. Cocok buat anak kos yang kangen mudik ingin menikmati masakan emak di kampung tapi tak terlaksana.

Jika kamu mengira memasak opor adalah hal yang sulit dan rumit, memang itu benar sekali. Tetapi, tentu saja tak ada masakan sulit bagi akan kos kreatif. Tanya saja ingin resep praktis apa, maka aku akan membuatkannya khusus buatmu.

Bahkan memasak opor ayam yang terkenal rumit dengan segala acara ngulek bumbu dan rempah, bisa disulap menjadi acara memasak yang sangat amat mudah dan praktis. Memasak di dapur jadi menyenangkan. Pokoknya kamu akan bisa memasak sambil senyam-senyum cerah seperti di iklan-iklan itu.

Yuk mari segera baca rahasianya. Kelezatannya bisa diadu dengan opor ayam buatan emak ya. Pokoknya setiap kali makan opor ayam ini, maka aku selalu ingat akan lebaran di desa.

Postingan kali ini akan memuat dua tema. Pertama tentu saja adalah cara praktis memasak opor ayam ala anak kos tanpa ulek tidak ribet langsung enak. Yang kedua ada cerita-cerita ringan dari Jerman, meine Wahlheimat. 
Agar sesuai dengan perkembangan jaman, aku akan cerita tentang suasana miris sekaligus menggelikan tentang lockdown beberapa bulan lalu di Jerman. Ceritanya akan muncul setelah iklan berikut eh setelah resep masakan berikut ini.

Opor Ayam, Let’s make it easy

Ayam yang paling tepat untuk dibikin opor adalah ayam kampung. Yaitu ayam berdaging alot dan keras. 
Di Jerman, kamu bisa menggunakan Suppenhuhn. Ini sama saja dengan ayam kampung. Mereka adalah ayam yang „dibebaskan“ hidup selama berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun dan bebas berlarian kesana-kemari.

Resep Opor Ayam Tanpa Ulek Mudah Cepat

Jadi ayam kampung dan Suppenhuhn adalah ayam tua dan bahagia semasa hidupnya.

Karena dagingnya yang alot, maka kita memerlukan waktu memasak sampai tiga jam agar dagingnya lunak dan lembut, sedap dimakan.

Kalau begitu kenapa tidak menggunakan ayam potong saja, jika hasil akhirnya untuk mendapatkan daging lunak dan lembut? Tidak sayang, tekstur kedua jenis daging ayam ini berbeda. Penggunaannya juga lain dalam dunia masak-memasak. 

Ayam negri cocok buat digoreng, bikin ingkung, bakar, atau dibikin masakan tanpa kuah. Sementara Suppenhuhn dan ayam kampung bagus untuk dibikin masakan berkuah dan sup-supan.

Cobalah, maka kamu akan berterimakasih kepadaku.

Nah, kamu tidak bisa dan tidak mau memasak berlama-lama di dapur kan? apalagi anak kos dengan jadwal kesibukan yang padat seperti kalian. Untuk itu, kita memerlukan panci presto untuk bikin opor ayam ini. Atau sekalian saja pakai panci slowcooker, sehingga masakan bisa ditinggal kesana-kemari tanpa takut gosong.

Meskipun begitu, kamu juga bisa membuatnya dengan panci biasa, akan tetapi kamu perlu waktu khusus, dan perlu biaya ekstra karena memasak selama tiga jam membutuhkan power atau gas yang lumayan tidak sedikit. Sangat tidak ramah lingkungan. 

Rempah Segar

Memang benar, rempah segar macam jahe, lengkuas, kunyit lebih sedap daripada yang sudah dikeringkan berbentuk bubuk. Tetapi dengan teknik memasak yang tepat, rasanya tidak jauh berbeda. Intinya adalah cara memasak yang benar. Rempah bubuk ini perlu dicampur dengan air, lalu digoreng/tumis bersama bumbu-bumbu lainnya sampai membentuk pasta yang kental dan berminyak. Barulah bisa digunakan untuk membumbui.

Apalagi dimasa pandemi seperti ini, di mana orang seharusnya tidak sering keluar rumah, bahkan untuk berbelanja, maka menyimpan bumbu bubuk adalah solusi yang bagus. Lebih irit pula.


Resep mudah anak kos
Oiya, sebaiknya jangan mem-blender bawang merah dan bawang putih ya. rasanya akan lain jika mereka diulek. Yang paling praktis adalah rajang kasar menggunakan chopper. Jika tidak punya ya diiris-iris tipis saja, asal tidak di-blender.

Resep opor ayam mudah ala anak kos anti ribet

bahan-Bahan:
  • 1 ekor ayam kampung atau Suppenhuhn
  • 300 ml Santan
  • 750 ml Air
  • 5 sdm minyak goreng

Bumbu-Bumbu:
  • 100 gram Bawang Merah
  • 3 Bawang Putih
  • 4 lembar Daun Salam
  • 5 lembar Daun Jeruk Purut
  • 2 sdt Gula Merah
  • 1 sdt Garam

Bumbu Campur:
  • 2 sdt Kemiri Bubuk
  • 1 sdt garam Bubuk
  • 1 sdt Ketumbar Bubuk
  • 1/2 sdt Lengkuas Bubuk
  • 1/2 sdt Sereh Bubuk
  • 1/2 sdt Jintan Bubuk

Cara Memasak:
  1. Potonglah ayam sesuai ukuran kesukaan, sisihkan.
  2. Campurlah semua rempah bubuk untuk Bumbu Campur dengan 100 ml air. Sisihkan.
  3. Rajang kasar bawang merah dan bawang putih, lalu gorenglah dengan 5 sendok makan minyak sampai harum tetapi tidak kering. 
  4. Masukkan rempah bubuk Bumbu Campur dari langkah nomer 2 di atas. Gongso sampai membentuk paste kental dan harum, tetapi tidak kering.
  5. Masukkan potongan ayam dan gorenglah sampai berubah warna, aduk terus agar bumbu tidak gosong.
  6. Masukkan 750 ml air, gula merah, garam dan daun salam. Jika menggunakan panci presto atau slow cooker, lakukan sekarang. Jka memasak biasa, lanjutkan langkah berikut: Masukkan 1/3 santan, lalu ungkup menggunakan api sedang. Jika kuah menyusut dan ayam belum matang, tambahkan air panas atau hangat (bukan air dingin) dan masak terus sampai daging ayam empuk dan matang.
  7. Setelah daging ayam  empuk, baik menggunakan presto/slow cookers maupun panci biasa, masukkan sisa santan dan daun jeruk purut. Aduk terus agar tidak mendidih. Setelah panas dan aroma daun jeruk keluar, angkatlah dan siap dihidangkan dengan lontong kilat 30 menit yang resepnya ada di sini.
  8. Selamat menikmati. Akan lebih gayeng jika ditaburi bawang merah goreng.

Cerita Tentang Lockdown di Jerman Tahun Lalu

Saat ini, di puncak musim panas yang indah,  jumlah infeksi corona di Jerman berada pada titik terendah, pada saat yang sama Indonesia sedang mengalami masa krisis. Kami sudah mendapatkan pelonggaran-pelonggaran sementara Indonesia atau Jawa dan Bali sedang lockdown. Apa istilahnya? BPKB?

Awal musim semi tahun lalu suasananya terbalik. Itu bukanlah musim semi yang ceria dan berwarna, melainkan kelabu dan menyedihkan. Tentu saja semua orang ingin keluar menikmati hangatnya mentari setelah berbulan-bulan dirundung musim dingin dan lebih banyak berada di dalam ruangan. Rencana liburan telah dibuat dan segala aktivitas di luar rumah telah memanggil.

Kami akan mulai bepergian ke tempat-tempat yang segera menghangat, berlama-lama di kota untuk belanja sembari nongkrong-nongkrong bareng teman, dan mengadakan acara-acara kecil untuk kumpul dengan kerabat.

Pekarangan sudah rapi dan taman mulai bersemi kembali. Penuh dengan warna-warni kembang yang bermekaran. Pokoknya awal musim semi adalah kembalinya gairah hidup yang menggebu-gebu, setelah tertidur selama musim dingin.

Tetapi kabar mengejutkan terdengar dari mana-mana. TV dan radio tak henti menyiarkan corona ticker. RKI memaparkan hasil analisa dan temuannya tentang penyebaran corona yang diprediksi akan segera menjadi pandemi. 

RKI atau Robert Koch Institute adalah lembaga penelitian biomedis terkemuka dari pemerintah federal Jerman. Tugas pokok RKI adalah pelayanan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan analisa RKI itu, Ibu Kanselir langsung mengumumkan bahwa Jerman sedang dan akan berada dalam bencana. Dengan pengumuman ini, Militer diperbantukan dan menteri kesehatan mengendalikan sepenuhnya kebijakan-kebijakan penanganan pandemi.

Benar saja, tak lama kemudian jalanan dipenuhi oleh raungan ambulans. Kapasitas rumah sakit dan klinik sungguh menghawatirkan. Sementara berita-berita dari negara tetangga jauh lebih mengerikan. 

Orang yang paling penting pada masa-masa itu adalah direktur RKI dan menteri kesehatan. Ibu kanselir bekerja sebagai koordinator dan hanya melakukan konferensi pers jika itu sangat amat diperlukan. Selanjutnya adalah tugas RKI dan menteri kesehatan. 

Bagaimana dengan pejabat lain? Mereka bekerja sesuai bidangnya masing-masing. Menteri keuangan mengkoordinasikan bantuan kepada perusahaan yang dikenal dengan istilah program Soforthilfe. Menteri pendidikan mengurusi masalahnya dan menteri tenaga kerja sibuk dengan banyaknya jumlah pengangguran yang tidak biasa ini. Menteri sosial sibuk dengan keuangan yang harus dibayarkan kepada pengangguran yang jumlahnya tiba-tiba melonjak naik itu.

Sementara partai oposisi sibuk mengoreksi, mengkritik bahkan ada yang sampai mengecam semua kebijakan partai penguasa. Entah benar atau salah, yang penting nge-gas. Pendukungnya lebih brutal lagi dengan demo turun ke jalan menentang keharusan pemakaian masker. Tapi percayalah, jumlah mereka hanyalah bagaikan sebatang jarum dalam tumpukan jerami. Mayoritas orang Jerman sangat puas dan dengan kesadaran mengikuti semua anjuran pemerintah.

Para pemimpin semua agama sepakat untuk mendukung penanggulangan pandemi oleh pemerintah. Itu sangatlah disayangkan bahwa tak akan ada kebaktian, jamaah dan segala hal seperti itu di semua jenis rumah ibadah. Tetapi itulah yang terjadi. Gereja, masjid dan synagoge menutup pintu mereka untuk umatnya, sampai pengumuman lebih lanjut.

Pokoknya semuanya sibuk.

Suasana yang sunyi mencekam selama pandemi tahun lalu


Susasana kota menjadi sangat sepi mencekam. Semua toko tutup. Restoran dan kafe apalagi. Yang tetap buka adalah supermarket dan aneka usaha yang berhubungan dengan kebutuhan pokok dan bahan bakar. Orang hanya boleh keluar untuk kebutuhan mendesak dan belanja bahan pokok.

Dan tiba-tiba ada fenomena baru: Rebutan tisu toilet di supermarkt. Lalu Hamsterkauf dengan memborong kebutuhan pokok. 

Lalu apa yang kami lakukan? Ya cuma diam di rumah dengan was-was mentaati anjuran pemerintah. Orang-orang membatalkan semua penerbangan, mencoret jadwal liburan, minta pengembalian uang dari karcis konser yang telah terbayar. Banyak orang tiba-tiba jadi pengangguran tapi banyak pula yang beruntung dengan work from home. 

Sementara itu pada saat yang sama sayup-sayup terdengar berita yang seperti ilusi dari Indonesia. Entah bagaimana peran para peneliti, tetapi yang aku dengar adalah kepongahan semua orang bahwa corona tak akan bisa masuk ke Indonesia, semua orang Indonesia menertawakan negara lain yang sedang berada di awal pandemi. Pokoknya Indonesia terdengar sangat pongah.

Lalu entah bagaimana awalnya, aku tidak tahu pasti karena hanya mendengar sayur-sayup berita tentang Indonesia, tiba-tiba ada inisiatif lockdown dari masyarakat, secara lokal. Lalu berjemur, trend minum rempah-rempah, bertanam bunga pot dan melebar kemana-mana.... 

Tapi tentu saja aku tahu pasti dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, karena sejatinya aku juga orang Indonesia. Jadi aku sudah hafal: Hangat-hangat tahi ayam. 

Lockdown itu mahal, sayang.. Berapa lama kamu akan bisa melakukannya? 

Lalu, kini setelah setahun lebih, apakah kamu tetap menyukai tanaman pot? tetap berjemur? tetap minum rempah?

Kami di Jerman tidak melakukan semua itu. Lockdown juga terpaksa karena perintah dari penguasa. Tetapi selama setahun ini kami tetap menjaga prokes. Pakai masker FFP2 atau masker OP sejak setahun lebih karena masker kain terbukti bohong-bohongan. Tidak pergi liburan selama setahun lebih karena tempat wisata dan hotel tutup semua. Tidak dine-in selama setahun lebih karena semua restoran hanya melayani pesanan. Tidak beribadah jamaah selama setahun lebih. Tidak pergi ke bioskop. Tak ada konser selama setahun lebih. Tidak mengunjungi atau menerima kunjungan teman, tetangga dan sanak keluarga selama setahun lebih.

Setahun lebih, kami hanya berdiam di rumah.

Siapakah yang paling cerewet dan paling bikin ribut dalam masa pandemi ini? Ya tentu saja emak-emak!
Entahlah aku tidak bisa paham. Mereka suka sekali bikin anak tetapi tidak mau mengasuh anak. Selalu bertanya kapan anak-anak bisa sekolah lagi, atau dititipkan di Kindergarten, karena mereka juga sibuk bekerja, tidak sanggup mendidik anaknya sendiri, mereka tidak mau bersama anak-anak sepanjang hari, mereka harus melakukan ini, kemudian itu, lalu bla bla bla.... 

Siapakah yang paling menyedihkan dalam masa pandemi ini? Anak muda dan remaja!
Mereka perlu pergaulan dan bersosialisasi dengan sebayanya. Mereka juga ingin belajar pacaran. Tiba-tiba harus berdiam di rumah. Tak ada lagi acara kumpul di Jugendtreff sehabis sekolah, pergi ke disko di akhir pekan, apalagi sommerparty di Ibiza dan Mallorca. Sungguh menyedihkan masa muda mereka gegara corona. 

Kini, setelah setahun lebih berada dalam masa pandemi, musim panas terasa indah di Jerman. Kami sudah mendapatkan vaksin. Herdenimmunität mulai terbentuk. Kemarin malam kami dine-in di restoran Italia, karena semua restoran boleh buka kembali. Rasanya lezat sekali, setelah setahun lebih hanya makan di rumah.

Akhir pekan kemaren kami telah menghadiri resepsi pernikahan salah seorang keponakan. Pesta kecil-kecilan hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat. 30 orang termasuk mempelai.

Minggu depan kami akan pergi ke Lüneburg. Kami telah booking hotel untuk tiga malam. Kami ingin pergi sejenak dari rumah. Kemanapun. Yang penting pergi sejenak. 

Tadi malam tetangga kami satu-satunya pergi ke Bavaria, untuk mengunjungi kakaknya.

Homestay kami tak pernah kosong sejak dibukanya kembali wisata. Ada rasa haru setiap menyambut tamu baru, ketika melihat mata yang berbinar-binar itu. Mereka telah bebas.

Lockdown telah berlalu, daerah kami mulai rame dikunjungi turis


Aku akan berkunjung ke Jawa bulan september nanti. Tetapi ketika sayup-sayup mendengar kabar mengerikan dari Jawa dan Bali, rumah sakit penuh dan korban bergelimpangan karena varian delta, sepertinya aku harus berpikir kembali.

Setelah setahun lebih kami tidak baik-baik saja, kini kami baik-baik saja. Setelah setahun lebih kalian di Indonesia baik-baik saja, semoga tetap baik-baik saja.

Komentar